Saturday, July 26, 2014

BHINNEKA TUNGGAL IKA CARA BATAK

,syaikh burhanuddin, pusuk buhit, pancasila, qur'an 49:13



BHINNEKA TUNGGAL IKA CARA BATAK.

            Bisa jadi pada 1500 atau 500 tahun sebelum Masehi yaitu pada Jaman Batu, sebagian dari bangsa Melayu Tua bermigrasi ke daratan Asia. Mereka menyeberangi Selat Malaka dengan sampan berlunas ganda dan mendarat di pantai Sumatera. Sudah lama bangsa Melayu mengetahui bahwa sampan berlunas ganda lebih mantab menghadapi gelambang laut  Dengan perahu semacam itu mereka bermigrasi ke Lautan Pacifik dan ke Madagaskar.  Sampai di Sumatera mereka menemukan danau yang sangat memukau dan sebuahn pulau di tengahnya.   




Gambar 1: Danau kaldera Toba  yang memukau.

 
Orang-orang ini lalu menyatakan dirinya sebagai Batak dan menamakan tempat di mana mereka berdiri di dekat danau itu Pusuk Buhit  sebagai asal muasal mereka. 





  
Gambar 2: Pernyataan Batak di Pusuk Bukit dipinggir Danau Toba.


           Mereka lalu beranak-pinak,  mengembara dan menyebar ke segala arah. Kemudian lahirlah sub-suku Toba, Angkola, Simalungun, Pakpak, dan Mandailing.
      Dikemudian hari sejarah mereka itu, mereka membuat gaya arsitektur rumah panggung tradisionil yang besar, hebat dan memerlukan pengetahuan teknologi struktur membuat rumah besar yang cukup handal. Pada rumah adat mereka hanya ada satu tangga yang bila malam dapat disembunyikan diatas agar musuh sukar masuk kedalam rumah.
                  Beberapa rumah adat dibangun berkelompok dan dikelilingi lingkaran bukit buatan setinggi 3-4 meter yang dasarnya setinggi 5-6 meter. Pada bukit itu ditanam bambu berduri sehingga perkanpungan itu sukar ditembus oleh musuh. Mereka lalu berperang satu sama lain. Stamford Raffles dalam buku yang ditulisnya menyatakan bahwa suku Batak adalah "The most warlike people in the world"
         Dalam perjalanan penulis, dari belasan orang suku Batak dan Jawa yang penulis tanya, tidak ada seorangpun yang ingat akan berita adanya perang suku ataupun perkelahian massal antar marga ataupun suku. 
    Apa yang dikatakan Raffles mungkin terjadinya sudah lama sekali. 

     
           Pada sekitar tahun 1600, orang-orang Batak yang menyebar ke selatan menjumpai Agama Islam yang sudah berkembang di pantai barat Sumatera. Islam disebarkan oleh para pedagang yang datang dari pantai timur dan para pendakwah perorangan yang kaya. Mereka mengajaarkan keesaan Tuhan yang mutlak serta mengajarkan hidup secara mandiri.   
        Penyebar agama Islam yang terkenal disitu adalah Syaikh Burhanuddin. Di Jawa syaikh disebut Kyai Haji, yaitu seseorang yang mendirikan pesantren. Pesantren adalah semacam sekolahan yang santrinya menginap semacam boarding school.            
      Orang-orang Batak yang mengembara ke selatan itu lalu banyak yang memeluk agama Islam. Mereka lebih suka disebut sebagai orang Tapanuli.           




Gambar 3: Pesantren di Sumatera Utara.

            Pada kira-kira tahun 1870 seorang pendeta Zending dari Jerman, Dr. Ludwig Ingwer Nommensen datang ke Tanah Batak bagian utara dan mengabarkan Injil kepada Raja-raja Batak dan orang Batak. Raja-raja Batak gusar mendapatkan tamu yang menggurui mereka tentang ketuhanan, padahal mereka sudah mempunyai sesembahan Ompu Na Bolon dan benda-benda keramat lainnya.       
            Menurut riwayat,merekapun lalu bersepakat mencoba kehebatan Nommensen dengan cara memberikan racun yang terhebat dalam suatu pesta.            
              Tetapi pendeta Nommensen masih segar bugar dan tetap mengajarkan kepada rakyat Batak bagaimana bertani  sayuran dan mengajarkan Injil. Semenjak itu banyak rakyat Batak dan raja Batak yang memeluk Agama Kristen.      
                  Kedua golongan suku Batak itupun hidup rukun dan damai. Bila ada perselisihan diantara mereka, tidak pernah membawa-bawa suku, marga dan agama. Marga Batak adalah berkerabat dan setiap orang Batak adalah bagian dari Dalian Na Tolu yaitu sistim kekerabatan suku Batak dalam menjaga persatuan dan kerukunan.
Di dalam upacara marga kedua golongan bercampur tetapi masing-masing tidak mencampurkan upacara agama. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.    
         Karena makanan orang Islam berbeda dengan makanan orang Kristen, maka dalam upacara adat, masing-masing golongan mempunyai meja sendiri yang terpisah. Mereka dapat memisahkan yang beda tetapi bersatu dalam persaudaraan dan pergaulan.              




Gambar 4: Pada 1910 ribuan kuli kontrak dari Jawa datang ke Deli, Sumatera Utara dengan kapal Pinisi.





             Pada kira-kira tahun 1910 datanglah ke Sumatera Utara berpuluh ribu kuli kontrak yaitu orang Jawa Islam yang dibawa oleh Belanda untuk bekerja di perkebunan tembakau.     
Jumlah orang Jawa yang didatangkan Belanda dengan tipu muslihat atau paksaan dari Jawa demikian besar sehingga mungkin mencaapai 20% dari penduduk Medan pada waktu itu.  
Sementara itu ada juga orang Cina, orang Tamil yang dibawa Belanda maupun yang datang sendiri ke Sumatera Utara. Dengan demikian Sumatera Utara menjadi tempat hidup bersama orang Batak, melayu, Jawa, Cina, Tamil dan Arab.    
          

Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dam Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengemnal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mmenggetahui lagi Maha Teliti. 

Terjemah Surat Al Hujuraat (49):13
Tim Disbintal TNI 1994

 
         Masyarakat Sumatera Utara telah menghindari bencana dengan menjaga kerukunan seperti apa yang dikehendaki dalam Surat Al Hujuraat tersebut.  

Sardjono Angudi

11/2011 direvisi 02/2023
Bahan: Wawancara pribadi selama tugas penyuluhan pertanian, buku sejarah, surat kabar.